BATAM, // Wali Kota Batam sekaligus Kepala BP Batam, Amsakar Achmad, menerima kunjungan rombongan Majelis Bekas Wakil Rakyat (Mubarak) Negeri Johor di ruang presentasi lantai V Kantor Wali Kota Batam, Senin (22/9/2025).
Amsakar menyampaikan rasa hormat atas kunjungan tersebut. Baginya, kehadiran Mubarak Johor bukan sekadar silaturahmi, melainkan juga kesempatan membangun jejaring dan membuka peluang kerja sama baru.
“Kunjungan ini bukan hanya pertemuan biasa, tetapi ruang bertukar pikiran demi kemajuan bersama,” ucapnya.
Dalam kesempatan itu, Amsakar menjelaskan posisi unik Batam yang memiliki dua entitas kepemimpinan. Selain Wali Kota, ia juga menjabat sebagai Kepala BP Batam. Kondisi ini, katanya, memudahkan sinkronisasi antara pembangunan sosial kemasyarakatan dengan urusan investasi dan perizinan.
“Dua lembaga kini berjalan searah karena dipimpin orang yang sama. Inilah yang membuat pembangunan Batam bisa melaju lebih cepat,” jelasnya.
Penjelasan itu ia lanjutkan dengan mengulas perjalanan panjang Batam. Dimulai dari kerja sama Segitiga Pertumbuhan (Sijori) Singapura–Johor–Riau, kemudian berdirinya Otorita Batam pada 1973. Tahun 1983 dibentuk Pemerintah Kota Batam, yang kemudian resmi menjadi daerah otonom lewat UU Nomor 53 Tahun 1999.
Perjalanan itu berlanjut dengan penunjukan Wali Kota sebagai ex officio Kepala BP Batam melalui PP Nomor 62 Tahun 2019. Sejak saat itu, sinergi tata kelola semakin kuat. Batam tumbuh menjadi kawasan perdagangan dan pelabuhan bebas, sesuai rancangannya sejak awal sebagai pusat industri, perdagangan, pariwisata, alih kapal, dan logistik regional.
Kini, arah pembangunan Batam makin diperkuat dengan dua regulasi baru dari pemerintah pusat. PP Nomor 25 Tahun 2025 memberi kewenangan penuh perizinan kepada BP Batam, sementara PP Nomor 28 Tahun 2025 menghadirkan layanan berbasis risiko melalui Mall Pelayanan Publik.
“Semua perizinan kini cukup di Batam, tidak perlu lagi ke Jakarta. Ini bukti kepercayaan besar pemerintah pusat kepada kita,” tegasnya.
Amsakar kemudian menekankan pentingnya hubungan Indonesia, Malaysia, dan Singapura. Menurutnya, negara-negara serumpun harus saling menguatkan, bukan saling bersaing.
“Kita ini satu rumpun. Jangan melihat negara jiran sebagai lawan, tetapi sebagai mitra,” katanya.
Dari sisi pembangunan, Batam juga menunjukkan capaian signifikan. Saat ini terdapat 33 kawasan industri dan 123 galangan kapal yang menopang sektor manufaktur. Sektor pariwisata pun mencatat angka gemilang, yakni 4,3 juta wisatawan mancanegara dan domestik berkunjung sepanjang 2024.
Mengakhiri sambutan, Amsakar menyampaikan selamat datang di Kota Batam, Kota Bandar Madani—julukan yang terinspirasi dari Piagam Madinah, dengan semangat hijrah Nabi Muhammad SAW yang melahirkan masyarakat berperadaban.
“Kami berharap kunjungan ini membuka ruang kerja sama yang lebih luas. Batam siap menyambut investasi, pendidikan, industri, hingga pariwisata,” katanya.
Sementara itu, Ketua Mubarak Johor, Datuk Haji Abdullah Bin Md. Ali, mengaku terkesan dengan pesatnya pembangunan Batam. Ia mengenang kondisi Batam di akhir 1970-an yang masih hutan belukar, kini menjelma menjadi kota modern dan strategis di pintu gerbang Indonesia.
“Perjalanan ke Batam sangat aman dan menyeronokkan. Ternyata Batam membangun sangat cepat,” ujarnya.
Ia menilai, selain sebagai kawasan industri dan perdagangan, Batam juga tumbuh sebagai destinasi pariwisata yang tetap menjaga budaya Melayu. Datuk Abdullah pun berharap kunjungan ini mempererat hubungan kedua belah pihak.
“Sesungguhnya kami sangat gembira diterima dengan penuh kehormatan. Semoga ini membuka jalan untuk hubungan yang lebih bermanfaat,” tutupnya.